Pages

January 31, 2015

Wanita Shalihah: Suatu Gelar atas Pencapaian Amal

Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan paling indah ialah wanita shalihah (HR. Muslim)

Bulan Desember lalu, Alhamdulillah diberi kesempatan untuk menghadiri forum dengan pembicara yang sangat lugas, enerjik, dan berwawasan luas (ibu Nurhamidah, Lc). Sebenarnya sih tulisan ini bukan tema intinya, tapi kira-kira apa yang bisa dipetik dari materi tersebut (Uluwwatul Himmah= Keinginan yang Kuat/Cita-Cita) berkaitan dengan tujuan menjadi wanita shalihah.

Mungkin sudah tak asing lagi ya mendengar kata-kata wanita shalihah, buku-buku tentang ini sudah banyak yang menerbitkan, pun lagu dangdut oleh Bang Haji Roma *eeaaa. Sebagian besar muslimah tentunya ingin mencapainya, namun dalam meraih gelar shalihah (SLH) tentu ada pencapaian amal minimal yang harus dilakukan. Hal ini yang kadang ketika dijalankan susah-susah gampang, atau gampang-gampang susah. Phyuuuh! *elap keringet.

Di awali dengan penciptaan seorang hamba di dunia, tentunya untuk beribadah dengan pencapaian cita-cita tertinggi yaitu sebagai syuhada, bukan hanya husnul khotimah. Karena gelar syuhada pun harus diniatkan hingga tertulis dalam catatan malaikat Rakib tentunya. Walau mungkin seperti panglima perang terdahulu yang tidak gugur di medan perang, wafat di tempat tidur pun tapi niat syuhada senantiasa terpatri dalam diri, maka insya Allah tetap menjadikannya seorang syuhada. Ibu Nurhamidah pun pernah menanyakan soal cita-cita tertinggi ini pada anak-anak kecil yang rutin berkunjung ke rumahnya. Masya Allah cita-citanya bikin merinding euy. Visi jelas, misi juga terbayang dan semua ada kata-kata syahidnya.

Jalan menuju cita-cita (himmah) akhir akan seperti apa, tentu tergantung kiprah kita masing-masing. Nah titik tekan dalam hal ini adalah grand design yang disiapkan dalam bingkai dua kata tersebut: WANITA dan SHALIHAH. Dimulai dengan membiasakan diri dengan kebaikan-kebaikan, dan siap ketika KAPAN (qodho) datang dan merancang BAGAIMANA (qadr) keadaannya. Jadi membicarakan hari akhir itu penuh dengan visi dan semangat bukan menjadi suatu ketakutan. Berikut gambaran peran dan status muslimah, dari sisi tanggungjawabnya.

WANITA
(simbol sex & gender)
SHALIHAH
(gelar)
Sumur
Suci dan bersih
Berkontribusi dalam berbagai hal amal shalih.
Beramal shalih di mata Allah (QS:22:77)
Berbuat baik kepada siapapun dengan bersama-sama (QS:4:36).
Kasur
Suami dan anak
Dapur
Halal dan baik (thoyyibann)

Menjalankan peran sebagai WANITA diidentikkan dengan 3 hal di atas: sumur, kasur, dan dapur. Tapi bukan seperti pembahasan tema-tema keperempuanan pada umumnya, bu Nurhamidah menjelaskannya bahwa 3 tempat itu merupakan simbol.

Sumur: bukan terbatas pada perempuan harus nyuci. Lah yang nyuci kan jaman sekarang mesin cuci tinggal tekan tombol :p. Tapi lebih daripada itu adalah mengenai tanggung jawab kesucian dan kebersihan. Fiqh bab thaharah salah sataunya harus diketahui setiap muslimah, dari soal air, darah, najis, dan adab lainnya. Terkait juga soal kebersihan dan kesucian rumah dan isinya (anak-anak). Jangan sampai anak kita buang air berdiri dan malah ke selokan di luar rumah (seperti fenomena anak tetangga yang pernah saya lihat, hiks). Kebersihan pakaian dari ompol misal, mengajar anak istinja, persiapan masa akhil baligh, dll.

Kasur: bukan juga terbatas pada soal kebutuhan biologis, tapi simbol ini terkait harga diri suami dan pendidikan kepada anak-anak. Menjaga rahasia dan harta sebagai amanah suami, mendidik dan memelihara anak-anak titipan Allah yang kelak akan dipertanggungjawabkan.

Dapur: bukan juga soal masak dan perabotan rumah tangga. Tapi simbol ini terkait dengan memastikan tiap makanan yang masuk kepada seluruh anggota keluarga terutama anak-anak berasal dari sumber penghasilan dan bahan yang halal dan baik. Karena semua itu akan menjadi darah dan daging hingga kelak mereka dewasa.

Terkait gelar SHALIHAH, ini didapat dengan praktik (amalan) yang shalih. Sebagaimana gelar dokter gigi, kalau ada gelar saja tapi belum pernah praktik periksa gigi pasien, ya gimana atuh mana dipercaya. Jadi menjadi shalihah adalah dengan cara memperbanyak amalan shalih. Sebagai wanita bisa saja kita berkiprah di bidang pendidikan, di masyarakat-ummat, keahlian dan wawasan di bidang tertentu (syariah, ilmu dunia), dsb. Inilah yang menjadi poin tambahan untuk mendapatkan gelar tersebut. Memperbanyak berbuat baik dengan memilih amalan unggulan yang bisa mendapat poin di mata Allah. Seperti apa desain dan pilihannya semua tergantung kita, mau beramal shalih seperti apa. Banyak contoh yang bisa diambil oleh para shahabiyah, Aisyah yang hafal ribuan hadits, hafshah yang mengarsipkan Qur’an, Shafiyyah bibi Rasul yang berani di medan perang, dan banyak contoh lainnya tokoh muslimah masa kini yang memiliki amal shalih yang juga jariyah.

Semoga kita bisa merancang desain meraih cita-cita tertinggi, melalui amalan shalih, yang menambah pahala kebaikan sebagai bekal diri. Aamiin (*)

No comments:

Post a Comment