Pages

May 30, 2013

Simple Biography

I'm born in Jakarta, Tanjung Priok in 1984. Ethnic Betawi and Sundanese descent. I'm completing 12 years of elementary school and university (4,5 years + 2 years) in South Jakarta.

After high school graduation in 2002, I'm passing the SMPB exams for second choice to Department of Anthropology - Faculty of Political and Social Sciences University of Indonesia (UI). I'm join some various activities on campus. This is some of my motivations to entering the UI -> get a yellow jacket (jakun), get much emblems, and participate in student organization. I'm join Students Association Anthropology UI (He-Man UI), Student Senate Faculty UI 3 periods, and the other non-formal institutions activity. In addition I'm attending a few seminars and hearings. Beside studies in air-conditioned room, I also join streets parliamentary (​demonstrations), to protest government policies that hurt people. Enjoying not only the Jakarta asphalt-hot sun, but also absence in class :))

During a college student I'm being a part-time interviewer in KOMPAS (polling), and teaching some private students whose attend school with bilingual curriculum. Passable, home - organizing student - meeting, and continued teaching.

While final semester of college I am constructing thesis, I was invited to join the research institute. After bachelor graduation in early year, then I must starting to be college student again at Postgraduate Program at Department Political Science - FISIP UI in 2007. Studying this major, of course most students have a political interest, some of there from media, parliamentarians, professors, and also just ordinary student like me :)

When third semester in college, I was married. Thank you Allah my husband really compatible and complemented to me :p. When third until fourth semester of my college, I'm pregnant. While preparing a thesis I was commit that my baby must be pass 'bachelor ASIX' (exclusive breastfeeding). I'm consulting my thesis while waiting chemo-dialysis my professor, because of kidney failure his pain. Thanks to Prof. Ahmad Suhelmy (late). I successfully graduated my master degree in 2009, in quick time, opportunity, and a new status. Alhamdulillah my thesis grades A- and three point of GPA also same like when bachelor degree.

Now when my status as a mother, its make me to taking care all of my children at home by myself & also my husband. Prepare children prior to entering formal education, and accompany them when golden age, as realized that it would not happen again. In addition I was asked to fill out several studies on neighbor and campus, post article to media, and also become a blogger. Is one more thing, I can be active in social media networking community, also pioneered mom writer-entrepreneurial and also being founder in MoMMee.(*)

That's All

Tanggal 18 Mei 2013 saya mendapatkan buku ini karena saya tergabung dalam panitia sebuah acara. Tampaknya menarik, sejenak saya tinggalkan buku sejarah yang sedang saya baca. Saya menamatkan buku ini hanya dalam satu hari.


Membaca di lembaran awal saja membuat saya tertawa dan menangis. Hal ini bisa dikombinasi terjadi menjadi satu karena penulisnya (baca: Mbak Tami) piawai membawakannya sekaligus menyentuh emosi pembaca. Sebenarnya isi tulisan ini adalah pengalaman penulis terhadap orang terdekatnya yaitu suaminya. Pengalaman hidup suami di mata istri yang dituliskan, tentunya menjadi prasasti yang bisa menjadi sejarah terbukukan dan dikonsumsi banyak orang untuk diambil pelajaran dalam kehidupan. Selain itu kata pengantar oleh sang suami (baca: Ferrasta-Mas Pepeng) berisi puisi yang dinanti 23 tahun, ikut menitikkan tetesan mata di pembukaan buku ini.

Di awal tulisan tentang pertemuan mereka, ketika sampai pada latar di Kampus UI Fakultas Sastra dan Jurusan Antropologi saat itu sejenak mengingatkan saya pada “kerabat” Antropologi lainnya. Dengan penampilan nyentrik, sandal jepit, kaos oblong, gelang etnik segambreng, jeans belel bolong pulak, dan muka kucel, yang sering disebut dengan “ngantrop”. Haha. Jaman 2002 ketika saya masuk kuliah, kami dijuluki angkatan pesantren Antrop, karena kerabat yang biasa diisi dengan penampilan demikian jadi lebih berwarna dengan adanya warna-warni jilbab kami. Aaaiiih jadi ingat teman-teman seperjuangan ketika diinisiasi (ospek jurusan). Dari buku ini  saya melihat gambaran utuh dahulu jurusan tempat saya berkuliah selama 4,5 tahun seperti apa. Walaupun sekarang pindah fakultas di FISIP, tapi jejak-jejak budaya itu masih ada. Oh iya, angkatan penulis dan suami jauuuuh sekali dari saya, dan ketika saya hitung-hitung usia mereka satu zaman dengan orang tua saya :D

Yups lanjut lagi dengan tulisan Mbak Tami tentang suaminya. Perjalanan hidup penulis mendapatkan pendamping yang ‘beda’ dari background keluarganya benar-benar menggambarkan pasangan yang saling melengkapi. Keluarga dubes bertemu dengan keluarga Mas Pepeng dari suku Madura sederhana (julukan Pepeng diambil dari: Pemuda Pengkolan) bisa dibayangkan bagaimana kehidupan budaya yang terjadi di rumahnya. Table manner bertemu dengan makan ala lesehan. Gaya fashionable nan stylist bertemu dengan dandanan ‘seadanya’. Beragam warna dan rasa, seperti hidup yang mereka jalani dari awal pernikahan hingga saat ini. Walaupun gaya hidup yang berbeda, dengan lingkungan yang bisa dibilang tidak terlalu kondusif, masing-masing dari mereka teguh  menjalankan ibadah rutin kepada Robb nya.

Hingga akhirnya pada satu titik di masa pernikahan yang sudah puluhan tahun dilalui, ketika suami mendapatkan ujian berupa sakit Multiple Schlerosis, mereka menjalaninya dengan sabar bahkan terkesan tidak menderita. Betapa rasa syukur dan tawaqal kepada Tuhan menjadikan rezeki yang memang sudah ditetapkan-Nya mengalir dari arah yang tak disangka. Sungguh perjalanan metamorfosa spiritual yang menyentuh. Energi positif berupa motivasi dan sharing pembelajaran hidup, menjadikan buku ini layak untuk dibaca. Yah sepertinya begitulah hidup yang harus kita jalani. Ikuti iramanya, nikmati alunanannya, cermati keindahan warnanya, yakin dan percaya pada ketetapan-Nya, dan nantikan hadiah ‘grand prize’ terindah dari-Nya. That’s All J