Pages

January 28, 2014

99 Cahaya di Langit Eropa

Awalnya gak niat banget mau beli buku ini, eeh ternyata suami justru nawarin pas lagi nge-mall di Gramedia. Ya udah beli deh hehe.
Sebelumnya saya tamatin dulu buku Ayah karena tinggal 1/3 lagi. Klo ketauan belum selesai nanti-nanti gak dibeliin lagi buku bacaan ringan begini :p

Sebenernya saya belum tau tentang buku ini awalnya hingga akhirnya difilmkan. Jadi beli buku dengan cover seperti di sinema bukan cover edisi cetakan awal. Ya karena tau ada filmnya, walaupun belum nonton.

Cover cetakan awal. Sumber foto dari sini 
Di awal isinya tentang sejarah masa penaklukan beberapa wilayah di Eropa. Kemudian masuk pada bagian pengalaman hidup penulis tinggal di Wina, Austria.

Isinya sarat dengan opini yang bermakna, dari sejarah dunia Islam khususnya di Eropa, sikap politik kesultanan Islam, dan kebudayaan yang berkembang dari peradaban Islam. Sedikit teringat di masa kuliah Pemikiran Politik Islam, ada dosen tamu yang mengiyakan bahwa isi sejarah Islam adalah 'darah' (kesannya umat Islam penyerang banget dan gak jauh lah sama teroris, sebeeeel). Trus di sisi lain kenapa pula, negara yg identitasnya non muslim, bahkan ateis justru kehidupannya lebih teratur yaa soal kecil seperti kebersihan saja lah. Padahal jika seluruh muslim menamatkan Fiqh Thaharoh dan menjalankan ajaran Islam dengan sesungguhnya khususnya soal kebersihan, tempat wudhu/WC di masjid sekitar kita gak akan beraroma menusuk hidung ya.

Nah figur yang kuat dari kisah ini adalah tentang Fatma, ia seorang ibu kebangsaan Turki yang bertekad untuk menjadi agen muslim yang baik, di manapun dan kapanpun. Sangat dalam menggugah dan dia sukses mewujudkannya. Mencoba bertahan hidup dalam lingkungan minoritas muslim di negara Eropa dengan kemampuan berbahasa Jerman yang agak terbatas. Ia berhasil menjadi lulusan kelas Bahasa Jerman terbaik, 'mentraktir' pemuda di cafe yang berbicara menyindir & menyudutkan kekalahan negaranya bertema roti croissant. Ia tidak berbalik memarahi orang-orang itu, malah justru membayar makanannya dan menuliskan alamat emailnya yang dia titipkan pada waitress. Oh sungguh indah Islam yang ditampakkannya. Walau akhirnya musibah menimpanya, ia menghilang beberapa waktu, kemudian kembali berdomisili di tanah airnya.

Penulis juga mendapatkan hidayah di sana. Perjalanan keliling Eropa (Austria, Spanyol, Perancis, Turki) dan berakhir di Saudi Arabia merupakan pengalaman ruhani yang kaya akan pemaknaan mendalam dari aplikasi ajaran Islam sebenarnya. Bagi kebanyakan orang perjalanan ke Eropa adalah traveling eksklusif, mahal, dan bisa berkunjung ke tempat populer pada umumnya, trus foto-foto deh :p Tapi penulis justru menapaki Eropa dengan mengambil hikmah yang tercecer dari sejarah peradaban Islam itu. Walau kita tak musti ke Eropa dulu baru belajar Islam, tapi peninggalan Islam di sana menyiratkan umat muslim akan satu hal bahwa Islam pernah berjaya di masa lalu, juga di masa depan. Entah kapan, tapi kita harus optimis karena udah contekannya di al Qur'an, hehe. Walau yang terjadi saat ini adalah kelemahan umat muslim di beberapa aspek, namun kita harus yakin bahwa suatu saat kejayaan itu akan bersinar kembali dan kita salah satu agen kebaikan itu.

Untuk lebih lanjut baca bukunya aja ya. Gak berniat meresensi koq, cuma kesan pribadi saya aja setelah baca buku ini. Jadi tambah pengen keliling Eropa sama anak-anak setelah dari Timur Tengah. Aamiin (doa kenceng-kenceng mumpung musim hujan, berharap diijabah-Nya) :) Semoga filmnya bisa membawa semangat yang sama, karena di bagian belakang ada konsep alur cerita film. Bagus! Tertuang jelas tahapan-tahapannya. Majulah terus penulis dan sineas Indonesia, kita merindukan tontonan dan bacaan yang berkualitas. Setidaknya bisa menjadi penghibur dan menambah pengetahuan. Serta membuat kita menyadari bahwa kita memiliki teman yang juga bermimpi sama dengan kita yaitu maju untuk kejayaan agama dan bangsa. (*)


Sandwich Roti Gandum

Pagi ini ada roti gandum di meja, sepertinya bisa untuk bekal kakak (menyontek buku Aneka Kreasi Bento, karya mbak Ari Indriani).


Seperti roti tumpuk pada umumnya, kali ini modifikasi pada bentuknya saja.

Adapun caranya:


Bahan:

- 2 lembar roti
- 1 butir telur, digoreng dadar tipis
- burger beef atau smoked beef, digoreng terlebih dahulu
- selada keriting 
- kentang diiris memanjang goreng, atau bisa gunakan french fries supaya praktis
- brokoli, direbus
- saus tomat


Cara:

1. Potong roting berbentuk baju, sisihkan sisanya.
2. Tumpuk isian roti: roti, telur dadar, selada, (saus tomat bila suka), beef, roti (yg sudah dibolongin dg motif dr vegetable cutter). Hiasi gambar dg saus tomat.
3. Tambahkan brokoli, kentang goreng, dan telur dadar di bagian sisi agar padat dan tidak bergeser letak rotinya.


Bekal siap dibawa!

Roti Gulung Sosis

Hari ini kakak membawa bento berbahan dasar roti. Untuk variasi supaya tidak bosan dengan menu roti bakar yang dioles mentega dan meses/keju.
Pas ada stock sosis, smoked beef di rumah tapi sayangnya tak ada sayuran. Ya sudahlah yang ada saja ya. Bunda belum ke pasar lagi, hujan begini pasar becek pedagang juga tak banyak :p


Baiklah ini caranya:

Bahan:
- 2 lembar roti persegi ukuran besar, potong bagian tepinya. (pinggiran cokelat ini bisa disimpan kulkas, klo udah kering blender jadi tepung roti deh, jadi tidak terbuang. Klo lg rajin ya bikin aja pudding roti tapi nunggu pinggirannya terkumpul banyak dulu, hehe)
- 2 sosis
- 2 slice keju lembaran (jika ada)
- selada keriting
- 2 lembar smoked beef



Lapisan:

- 1 butir telur atau putihnya saja kocok
- tepung roti


Cara:
1. Goreng sosis, smoked beef terlebih dahulu. Angkat tiriskan, kecilkan api.
2. Tipiskan lembaran roti. Kalau tidak ada gulungan kayu, pakai botol kaca bekas aja. Saya pake botol kecil bekas renalyte hehe, klo mamah dulu biasanya pake botol bekas syrup marj*n untuk tipisin adonan pastel. hehe
3. Masukkan smoked beef, lembaran keju, dan sosis. Lem pinggir roti dengan telur rapatkan. Kemudian gulungan dicelupkan ke telur lalu gulingkan ke tepung roti.
4. Goreng sebentar dengan api kecil. Angkat setelah agak kekuningan. Tepung roti ini mudah gosong, jadi jangan sampe berwarna coklat, api kecil saja.
5. Taruh di nampan plastik, potong menjadi 4 bagian. Sajikan di kotak bekal. Bisa ditambahkan saus tomat dan mayonese sebagai celupan pelengkap jika ananda suka. Simpan di wadah kecil, agar tidak tercampur.


Mudah kan, selamat mencoba ^__^

January 27, 2014

Chicken Nugget

Yuks ke Sekolah....



Hari awal-awal kakak sekolah, di antara bekal praktis adalah goreng homemade chicken nugget.
Ditambah hiasan selada keriting, rebusan jagung, telur puyuh, brokoli (kesukaan kakak), yummmy....

Resep kali ini tentang homemade Chicken Nugget-nya aja ya:

Bahan:
- fillet 1 dada ayam (soalnya pada gak doyan klo digoreng gitu aja atau direbus, susah ngunyahnya, dijadiin nugget aja deh)
- 1 brokoli, iris kecil
- 2 wortel, parut
- terigu
- sagu
- tepung roti
- 2 butir telur ayam

Bumbu:
- garam
- lada
- bawang putih bubuk

Cara:
- Masukkan potongan kecil fillet ayam ke dalam blender, campur dengan 1 telur, dan semua bumbu. Tuangkan ke wadah, kemudian tambahkan parutan wortel dan brokoli. Aduk semua adonan bila masih lengket tambahkan sedikit sagu dan terigu supaya lebih padat.
- Siapkan loyang yang telah diolesi mentega-terigu atau minyak goreng kemudian tuangkan adonan. Sambil panaskan panci kukus. Wadah cetakan juga bisa cetakan berbentuk yang tahan panas. Bisa terbuat dari silikon atau loyang aluminium.
- Setelah air dalam panci mendidih masukan loyang. Tutup loyang diikat kain agak embun tidak masuk ke dalam adonan.
- Setelah 10-15 menit angkat, diamkan hingga dingin. Kemudian potong-potong.
- Siapkan wadah: 1) 1 butir telur kocok, 2) tepung roti. Masukkan nugget yang sudah dikukus tadi ke dalam telur, kemudian gulingkan ke tepung roti. Tempatkan ke dalam wadah kotak (ware).
- Setelah semuanya dibungkus tepung roti. Kotak berisi nugget bisa ditaruh ke freezer, dan bisa dikeluarkan/digoreng ketika ingin makan. Nugget ini tahan kurang lebih 1 bulan. Tapi biasanya sih gak sampe 2 minggu juga udah abis, hehehe.

Selamat mencoba ^_^

Fenomena Rokok di Indonesia

Hari ini (5 April 2013) saya melihat di youtube link film dokumenter tentang perkembangan rokok di Indonesia, berikut linknya: http://www.youtube.com/watch?v=mgk1MIHSnT4. Perspektif AS sbg negara maju dan sadar akan kesehatan dari merokok menyebabkan beberapa kebijakan yang positif bagi perkembangan negeri Paman Sam itu. Sebut saja New York dg Times Square nya saat ini sudah tidak ada billboard yang memajang iklan rokok. Pajak rokok naik tinggi, kebijakan pemerintah ketat dari regulasi, dan bahkan orang malu jika terlihat merokok di tempat umum. Bandingkan dengan Indonesia, kalau lagi mudik ke kampung aja tidak akan sulit kita mencari iklan rokok yang dipajang sebagai nama warung di pinggir-pinggir jalan. Kompensasi yang praktis dan jalan singkat untuk menghindari pajak iklan saya pikir.

Indonesia dengan hasil alam yang melimpah seperti tembakau serta bahan dasar lain dalam pembuatan rokok, merupakan syurga bagi para pencinta "Tuhan Sembilan Senti" kata Taufiq Ismail ini. Dari mulai penjualan rokok yang bisa ditemukan di mana saja, bahkan mirisnya di warung kecil dekat sekolahan hingga harganya yang bervariasi tergantung jenis dan komposisinya. Iklan merebak di mana-mana walaupun di televisi sudah dibatasi tidak di waktu utama (diperbolehkan mulai pukul 21.00 ketika anak-anak sudah terlelap) tapi di jalan umum tidak akan sulit untuk dijumpai.

Sebenarnya apa yang salah dengan merokok ini? "Toh duit-duit gue" (mungkin itu kata-kata sebagian para perokok). Sebagian daerah sudah menjadikan ini sebagai tradisi. terutama penduduk desa, tak jarang yang merokok. Sedangkan masyarakat urban merokok disertai style tambahan menjadikan orangnya mungkin merasa dianggap bergaya. Dari sisi medis, sudah pasti merokok merusak kesehatan terutama organ paru-paru hal ini pun sudah diketahui oleh perokoknya sendiri. Tapi mengapa tidak dapat dihindari. Bahkan perokok pasif merupakan pihak yang sebenarnya paling dirugikan. Syukurnya Perda Larangan Merokok di beberapa tempat umum sudah disahkan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

Hal yang paling mencenggangkan adalah ketika balita merokok di Sumatera Utara yang berhasil diungkap di media beberapa tahun lalu. Siapa yang salah? Apakah susu yang menjadi kebutuhan umum balita sudah tergantikan oleh rokok? Sungguh menyeramkan (horrible). Dalam liputannya film dokumenter tersebut, balita itu didatangi dan dalam perkembangannya mendapatkan terapi medis dan psikis termasuk orang tuanya.

Dalam satu kasus seorang anak dicoba disuruh membeli rokok di warung, dengan mudahnya anak tersebut bisa membelinya. Padahal di AS ada batasan usia minimal yang boleh membeli rokok. Intinya rokok di Indonesia sudah membudaya dan 'dinikmati' dengan segala kelebihan dan kerusakannya. Termasuk penyelenggaraan Konferensi Tembakau tingkat dunia World Tobacco Asia (WTA) yang diadakan di Indonesia. Kasiaaan ya Indonesia, apakah pemerintah sudah tak punya daya dan upaya? hiks.

Secara gamblang humas produsen rokok asing di Indonesia mengatakan rokok sebenarnya ditujukan untuk golongan tua. Tapi pakar iklan rokok dosen komunikasi yang berhasil diwawancara dalam penelitian ini mengatakan jelas bahwa sasaran utama produsen rokok adalah generasi muda. Yaah gak heran juga sih, dari iklan-iklan yang ditampilkan aja gaya, bahasa, model, dan persuasinya sangat jelas prospek untuk para pemuda. Oooh man!

Jadi kita harus berbuat apa nih? Berbagai kebijakan dalam negeri tentunya tak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah. Dibutuhkan political will yang sangat kuat untuk membentuk kebijakan yang pro kebaikan secara umum. Masa sih AS aja bisa begitu kita gak? Kalau pabrik rokok ditutup sih jangan, karena kan menghilangkan investasi dan tenaga kerja juga. Cukai nya aja ditinggikan, pembatasan usia pembeli, dengan pembatasan toko penjualannya. Rokok aja belum beres ya, belum lagi kita bahas minuman keras (miras), aaaargggh. Anak-anak semakin dekat dengan penjualan miras, di minimarket terdekat mudah dibeli tanpa ada ketentuan KTP or something lah. Hooo mo jadi apa nih generasi penerus. Perokok pemula secara persentase semakin muda usianya (pernah lihat talkshownya di TV), mungkin peminum pemula juga O_o. Tapi kita harus tetap optimis, harapan itu masih ada. Hadeh ga jelas ya cuap-cuap nya ya begitu deh kesan saya setelah nonton video dokumenter di atas. Tonton ya walau lama, bagus koq. Hehehe. (*)