Pages

February 16, 2014

Sharing Metode Balitaku Khatam Qur'an

Assalamu'alaikum,

Hari ini Sabtu, 18 Januari 2014 saya alhamdulillah berhasil menembus hujan di pagi hari hehe (lagi musim banjir di mana-mana nih, kasian para korban). Mau kopdar-an grup UmmIs Corner WA-3 di Sekolah Lentera Insan Depok. Di samping kopdar bertemu wajah ummies semua, kita juga ada sharing dari pelatihan oleh ustadzah Dr. Sarmini "Balitaku Khatam Qur'an". Berhubung ustadzah Sarmini sedang hamil trimester ketiga sehingga tidak ada seminar lagi untuk sementara, jadi yang sharing dari Ainan (member UC WA-3). Makasih banyak ya Ainan sholihah atas kesediaannya sharing ilmu, jauh-jauh berangkat dari Bekasi :)

Di awal ada segmen promo dari pihak Lentera Insan, hebat ya maju sekolahnya. Ditetapkan sebagai sekolah inklusi, bisa menerima murid untuk ABK (anak berkebutuhan khusus-ringan). Terima kasih untuk mba Alfi atas kerjasamanya. Semoga UC bisa menggunakan Sekolah Lensa lagi di acara selanjutnya, hehe.

Selanjutnya sharing dari Ainan. File power point-nya, sayang tak bisa dibuka, tapi dari bukunya saja juga sudah komplit koq. Saya belum baca bukunya nih, makanya sekalian mau beli, alhamdulilllah dapet diskon dan gak pake ongkir hehe. Jadinya gak saya taruh di bagian page read books dulu ya. Saya tamatkan dulu baca bukunya nanti.

Nah pada intinya kenapa sih kita harus mengajarkan anak-anak belajar membaca al-Qur'an. Di sisi lain kan katanya ada tuh ilmu parenting yang sebaiknya tidak mengajarkan calistung (baca, tulis, hitung) sejak dini pada balita. Nah baca Qur'an kan termasuk baca juga, bukan huruf latin pulak. Jadi kita  harus bersikap bagaimana nih? Kalau kata Emma lulusan Psikologi UI member UC juga, yang bermasalah dari calistung sih kalau si anak merasa tertekan dari keharusannya dituntut belajar. Kalau anak enjoy aja ya gak masalah belajar ini itu termasuk calistung. Wah berarti baca Qur'an penting dong diajarkan sejak dini, karena masa golden age anak-anak saatnya mereka menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya. Ibarat komputer nih isinya ber tera-tera bisa diinstall macam-macam. Tergantung kita orang tuanya mau install program apa.

Selain itu Ustadzah Sarmini ingin keluarganya menjadi sebaik-baiknya manusia. Seperti dalam hadits, yaitu menjadi golongan orang yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya. Selain itu kan belajar al Qur'an terbata-bata dapat 2 pahala. Jadi kalau anak-anak kita sendiri yang baca karena diajarin kita dan masih terbata-bata pahalanya yang berujung mengalir untuk orang tuanya juga. Masya Allah...

Keutamaan lainnya lebih lengkap bisa baca di bukunya aja. Selanjutnya Ainan langsung mengajarkan praktik membuatnya, kita dibagikan kertas HVS kosong dan spidol warna-warni.

1. Kertas dibagi dua kemudian gambar huruf hijaiyah yang mudah dilafalkan anak dengan tanda (harokat) fathah. Huruf dan harokat diberi warna berbeda. Kemudian diberi bentuk frame yang berbeda.

Jadi anak-anak tidak diajarkan nama huruf seperti: alif, 'ain, lam, syin, dst. Tapi diajarkan langsung, a, 'a, la, sya, dst. Karena dalam al Qur'an ayat yang diucapkan dengan nama hurufnya hanya sebagian kecilnya saja, seperti alif laam miim, yaa syiin, nuun, dsb. Jadi anak langsung diajarkan huruf yang sudah berharakat (berbunyi), mirip seperti buku Iqro.

Bentuk frame bisa membantu anak mengingat huruf hijaiyah di dalamnya.


2. Satu halaman dibagi menjadi 7 kolom X 4 baris. Urutan huruf dari baris pertama usahakan yang mudah pengucapannya bagi anak batita-balita. Dalam satu baris tidak boleh ada huruf yang bunyi makhrojnya sama.



Nah, dari beberapa trik di atas kita tinggal modifikasi aja. Tahapan setelah mengenal huruf ber-fathah, kemudian huruf fathah dengan mad (panjang), huruf sambung, baru huruf kasroh, dommah & tanwin (mirip dg buku Iqro). Berbagai contoh huruf di atas bisa dipajang di sepanjang rumah, di kulkas pakai magnet, dll. Misal ketika anak mau mengambil susu UHT di pintu kulkas ada huruf (sa), ini bisa jadi awalan (susu). Kata Ainan, rumah ustadzah Sarmini memang penuh dengan huruf di dindingnya.

Di dalam bukunya Ustadzah Sarmini ingin anak-anak bisa seperti buah utrujah (jeruk) yang wangi, manis intinya bermanfaat bagi ummat. Ada hadits nya nih, nanti saya kutip ya. Nah, sehubungan dengan nama tersebut ada daycare (tempat penitipan anak) sederhana, mungil, & kuota terbatas di Depok dekat BSI Margonda bernama 'Utrujah' dikelola dalam pengawasan Ustadzah Sarmini. Sepulang dari pelatihan kami sempat mampir sekalian Ainan mengembalikan payung. Saya ketemu Eza juga deh member UC WA-1, silaturahim. Berikut gambar ruang Utrujah, tetangga ikut membantu melukis dinding lho:



Akhirnya kita buat huruf hijaiyah aja dipasang di kamar, bisa dilihat untuk belajar sebelum tidur untuk adik (3,5 thn). Kalau kakak (4,5 thn) alhamdulillah sudah Iqro 4 belajar sama bubun di rumah, sambil murojaah hafalan hadits dan Qur'an yang dipelajari di sekolah. Kalau di sekolah pakainya metode Ummi dari Ummi Foundation.


Coret-coretan ditimpa kertas asturo persegi, tambah 'berwarna' deh
Semoga anak-anak menjadi generasi yang mencintai al-Qur'an, penghafal al-Qur'an, & mengamalkannya. Aamiin.