photo doc: from web |
Liburan tanggal merah hari ini
Kamis, 29 Mei 2014 saya menghadiri orientasi siswa baru untuk si Adik,
sekaligus daftar ulang si Kakak. Dalam orientasi kali ini diperkaya dengan
materi dari Pak Agus Fatah, seorang konsultan pendidikan.
Dalam materi yang disampaikan
melalui slide dengan pembawaan yang khas dan interaktif, Pak Agus menyampaikan
bahwa orang tua dan guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam hal berikut:
- Memberi tauladan
- Memberi tahu
- Memantau
- Menasehati
- Memperbaiki
- Konsekuensi
Dalam pendidikan anak-anak di
lingkungan keluarga, harus dimulai dengan kerjasama ayah dan ibu. Ayah
diibaratkan sebagai perwakilan dunia luar rumah. Jadi karakter yang melekat
pada figur ayah dan bisa ditanamkan ke anak adalah keberanian dan ketegasan.
Sedangkan ibu merupakan perwakilan dunia dalam keluarga. Dengan demikian
karakter ibu yang melekat dan ditanamkan ke anak adalah kesabaran dan
keteguhan. Jika keduanya dijalankan seimbang sesuai visi misi yang sama dalam
pendidikan, saling melengkapi dan menutupi kekurangan, serta bisa berbagi
tanggung jawab, maka anak yang terbentuk dari pendidikan itu akan keluar dan
tumbuh sebagai karakter yang lengkap.
Adapun dampak ketidakhadiran figur ayah
dalam pendidikan (Father Hunger) di antaranya:
- Anak akan kesepian
- Tidak percaya diri
- Rendahnya harga diri
- Kekanak-kanakan
- Ketergantungan
- Sulit mengidentifikasi identitas seksual
- Kesulitan dalam belajar
- Kurang bisa mengambil keputusan
- Bagi anak perempauan mengalami kesulitan menentukan pasangan hidup.
Sedangkan beberapa tipe pengasuhan
khas seorang ayah:
- Malam menjelang tidur, anak harus scanning wajah ayahnya
- Pagi hari sebelum berangka kerja, ketika bangun tidur anak juga harus scanning wajah ayahnya
- Siang hari ayah menyapa anak via telpon minimal 5 menit. Ini juga untuk menghindari sms/telpon penipuan yang biasanya meminta sejumlah dana untuk ditransfer karena misal si anak kecelakaan dan harus masuk RS. Kalau ayahnya rutin melakukan ini, maka kejahatan seperti itu bisa dihindari. Karena ayah tau kondisi anaknya sebenarnya.
- Sewaktu hari libur (keep in touch). Jadi berlibur bersama, dengan objek tujuan yang sama tidak sibuk dengan urusan masing-masing. Misal ketika libur jalan ke mall: ibu ke supermarket, anak ke play ground, sang ayah ke toko buku. Jika seperti ini maka tidak ada kebersamaan walau perginya bersama-sama.
- Tetapkan waktu berharga versi anak.
- Melakukan olahraga bersama yang disukai anak.
- Camping bersama, serta aktivitas lainnya yang membangun bonding kebersamaan.
Dalam membangun kerjasama pendidikan
di sekolah, komunikasi antara ortu dan guru harus terjalin intensif. Bahkan
dari cerita Pak Agus, ada sekolah yang syarat untuk masuk di sana, ketika ambil
raport semua anggota rumah harus bisa hadir. Misal jikalau ada 10 orang (ayah,
ibu, kakak, adik, nenek, kakek, satpam, pengasuh, pembantu rumah tangga, tukang
kebun) di dalam rumah, semua harus bisa dihadirkan. Karena dalam pendidikan
butuh sistem yang baik. Hal ini menyangkut pola pengasuhan, karakter, mungkin
juga asupan gizi dalam makanan, sopan santun, lingkungan yang kondusif, dll.
Semoga dengan pembagian peran
yang baik di dalam keluarga, maka peran guru di sekolah yang berfungsi untuk
melengkapi sisi akademisnya akan lebih mudah dijalankan. Di sisi lain bila
terbangun kerja sama yang baik, maka perkembangan karakter positif anak akan
mudah terwujud.(snd)
Sumber materi: agus_fatah (Pendongeng,
Trainer, Motivator, Konsultan Pendidikan)
dengan beberapa penyesuaian kalimat.
No comments:
Post a Comment