Pages

August 09, 2014

Menjadikan Alam sebagai Obat

Masih dalam rangkaian seminar yang diadakan oleh Komunitas Peduli Kesehatan di bawah naungan Ormas Salimah, Kamis 24 Oktober 2013 dalam materi kedua yang dibawakan oleh Alamsyah Agus (herbalis). Setelah tak lagi aktif dalam grup SNADA, beliau kemudian menimba ilmu herbal dengan dorongan dari latarbelakang keluarga juga (bapak mertua yang menjadi herbalis).

Dari penjabaran slide dan handout yang diberikan, menurut Pak Alamsyah, perilaku hidup sehat merupakan barang yang langka dalam kehidupan masyarakat kita saat ini. Padahal sejak berabad-abad sebelumnya Rasulullah SAW sudah memberikan contoh. Terbukti beliau hanya sakit tak lebih dari 5 kali selama hidupnya. Contoh hidup sehat dengan herbal tak hanya ketika sakit kita utamakan konsumsi herbal. Namun, hidup sehat ala Rasul juga harus diterapkan. Waktu tidur, komposisi makanan yang dikonsumsi, rangkaian ibadah, serta resep tanaman herbal yang tepat.

illustration: from web
Pengertian herba di sini adalah semua tanaman (mulai akar, umbi, empon, kuit pohon, dan daun) yang memiliki khasiat sebagai obat. Indonesia merupakan negara kedua terbesar setelah Brazil yang memiliki jenis ragam tanaman obat 30 ribu – 40 ribu jenis tanaman. Namun menurut data Departemen Pertanian tahun 2007, baru kurang dari 10% yang berhasil dimanfaatkan.


Setelah obat-obatan yang melewati proses kimia memberikan efek samping setelah pemakaian yang lama, maka konsep back to nature mulai bermunculan. Mulailah ‘orang kota’ melirik terapi alternatif seperti yoga, senam pernapasan, akupuntur, akupresur, pengobatan dengan herba, dll.


Herba dalam penggunaannya memiliki beberapa prinsip:
  • Mengikuti bentuk morfologi tanaman (seperti hati, jantung, ginjal, dll)
  • Herba terbaik adalah herba yang berada dekat dengan lingkungan tempat tinggal (herba lokal lebih baik dari herba luar). Di sini beliau menyampaikan, bukan berarti menegasikan hadits bahwa habatusauda adalah obat dari segala penyakit. Namun, pengobatan herba terbaik sesungguhnya tak jauh dari lingkungan tempat tinggal kita.
  • Tidak semua herba cocok dengan tubuh kita. Karena yang terpenting adalah bagaimana menemukan herba yang cocok dengan tubuh kita.
  • Tidak semua herba memiliki efek toksifikasi sehingga menyebabkan detoksifikasi, karena tubuh selalu berdaptasi dan mengadaptasi setiap herba yang dikonsumsi.

Waktu pengambilan herba:
  • Daun: dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga, dan sebelum buah menjadi masak.
  • Bunga: dikumpulkan sebelum atau segera setelah merekah secara sempurna.
  • Buah: pada umumnya yang dimanfaatkan adalah yang dipetik ketika ranum.
  • Biji: sebaiknya dikumpulkan dari buah yang telah masak sempurna.
  • Akar, umbi, rimpang, bulbus: dikumpulkan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau ketika pertumbuhannya sempurna.

Teknik mengelola herba:
  • Digodok/direbus: teknik tradisional khususnya untuk menjaga kesehatan
  • Diseduh: untuk yang berbentuk bunga/serbuk
  • Diekstrak: digunakan pada kondisi tubuh yang sudah lemah, baik secara genetik, maupun penyakit berat lainnya.

 Hal-hal penting yang perlu diketahui dalam penggunaan herba:
  • Cara konsumsi herbal pada umumnya 1 kali kur dengan jeda istirahat, baru kemudian dilanjutkan lagi. (1 kur = 10 hari ), isitirahat tidak konsumsi sama sekali (3 hari).
  • Ada herba yang bisa dikonsumsi terus-menerus seperti madu.
  • Untuk sarang semut per 7 hari, karena ada efek karsinogen.
  • Untuk daun salam 1 kur + 3 hari istirahat untuk terapi gula darah. Mencapai peak (puncak) di hari ke-8. Rumusannya: 40 % -> 30% -> 15% -> 5 %
  • Terapi batu empedu: setiap pagi (2 buah apel fuji) sampai siang tidak makan, proses 7 hari.
  • Terapi liver: kurkuma/temulawak. Dengan perbandingan BB x 10 mili = … temulawak per/hari
  • Prinsip herbal panas (chi) vs dingin
  • Rumus herbal: 4 sifat 5 rasa. Dipakai secara bijaksana, dimulai dengan cara yang sederhana, jadi tidak mudah terpengaruh oleh iklan.
  • Penelitian herbal melalui proses yang sangat panjang. Karena harus melalui uji klinis. Misalnya: penelitian sirsak untuk kanker belum selesai diteliti. Paling maksimal bisa digunakan untuk mengobati kanker perut. Begitu pula dengan penelitian kulit manggis. Memang benar tinggi antioksidan, tapi penelitiannya belum selesai. Masih butuh waktu 10 – 20 tahun lagi.

Dari penjabaran di atas, menjaga kesehatan dan pengobatan melalui herba dapat dijadikan solusi alternatif di samping obat-obatan kimia. Jadi kita tidak juga menegasikan obat kimia, karena memang ada penyakit yang bisa diterapi lama, namun ada pula yang harus diberikan obat kimia agar khasiatnya lebih cepat terasa. Toh obat kimia juga sumber awalnya dari alam juga, yang selanjutnya melalui proses kimiawi disertai uji klinis. Bolehlah kita melihat Cina yang apik dalam memadukan terapi kimia dan ramuan herbal yang sudah turun-menurun dalam terapi pasca operasi yang dilakukan di RS.


Jika kita memilih konsumsi herba sebagai langkah terapi kesehatan bukanlah ala kadarnya tanpa rumus dan resep yang pas, karena jika tidak sesuai akan berdampak bagi kesehatan. Oleh karena itu hendaknya pengambilan keputusan pengobatan secara herbal harus melalui konsultasi herbalis ahli dan disesuaikan dengan kondisi tubuh. Karena tidak semua herba cocok digunakan oleh setiap orang. Sebagaimana resep dokter yang tidak semua cocok bagi pasien, walupun keluhan dan penyakitnya sama. Di samping itu semua, menjadikan sumberdaya alam sebagai obat juga harus diimbangi dengan hidup sehat yang seimbang sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah tauladan kita.(*)